BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Dan dalam paradigma baru program ini misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Karena keluarga adalah salah satu diantara kelima matra kepentingan kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan penduduk yang berkualitas.
Berdasarkan visi dan misinya program Keluarga Berencana nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya peningkatan kualitas penduduk. Salah satu kunci dalam rencana strategi nasional Indonesia 2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan keluarga berencana bagi kesehatan, pelayanannya harus digabungkan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang telah tersedia.
BAB II
ISI
II.I Pelayanan Kontrasepsi dengan Berbagai Metode
1. Implant
Ialah alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), KB susuk. Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan disusukan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukan dibawah kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg levonorgestrel dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi atau pun pada AKDR yang bioaktif.
a. Jenis Implant
• Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun
• Implanon. Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun
• Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun
b. Mekanisme Kerja
1. Mengentalkan lendir serviks sehingga menyulitkan penetrasi sperma
2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote
3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi
4. Mengurangi transportasi sperma
Efek kontraseptif norplant merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja tersebut diatas. Daya guna norplant cukup tinggi. Kepustakaan melaporkan kegagalan norplant antara 0,3-0,5 per seratus tahun wanita.
Kelebihan Norplant adalah cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung esterogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak menaikan tekanan darah, resiko terjadi kehamilan ektopik lebih kecil dibandingkan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim. Selain itu cara norplant ini dapat digunakan dalam jangka waktu selama 5 tahun dan bersifat reversible. Menurut data klinis yang ada dalam waktu 1 tahun setelah pengangkatan norplant 80-90% wanita dapat hamil kembali.
Efek samping norplant antara lain gangguan pola haid seperti terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang, mual, anorexia, sakit kepala, kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan, timbulnya acne, oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan kedalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering seperti pada penggunaan pil KB.
c. Indikasi
1. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau AKDR
2. Usia reproduksi
3. Telah memiliki anak ataupun yang belum
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
5. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
6. Tekanan dara < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell)
7. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung esterogen
d. Kontra Indikasi
1. Kehamilan atau disangka hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
4. Gangguan toleransi glukosa/diabetes mellitus
5. Riwayat kehamilan ektopik
6. Kelainan kardiovaskuler
e. Keuntungan Implant
1. Perlindungan jangka panjang selama 5 tahun
2. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
3. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
4. Tidak mengganggu kegiatan coitus
5. Klien hanya perlu ke klinik bila ada keluhan
6. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
f. Keterbatasan Implant
1. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
2. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS
3. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
4. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obatan tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat)
g. Waktu Pemasangan
Waktu yang paling baik untuk pemasangan Norplant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa praovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan.
Keenam kapsul yang masing-masing mengandung 36 mg levonorgestrel ditanamkan pada lengan kiri atas (atau pada lengan kanan atas akseptor yang kidal) lebih kurang 6-10 cm dari lipatan siku.
h. Prosedur Pemasangan
1. Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap mungkin mengenai Norplant ini sehingga calon akseptor betul-betul mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan dipakainya.
2. Persiapan alat-alat yang diperlukan
Sabun antiseptik
Kasa steril
Cairan antiseptik (betadine)
Kain steril yang mempunyai lubang
Obat anastesi lokal
Semprit dan jarum suntik
Troikar no. 10
Sepasang sarung tangan steril
Satu set kapsul Norplant (6 buah)
Scalpel yang tajam
3. Teknik pemasangan
Calon akseptor dibaringkan terlentang ditempat tidur dan lengan kiri diletakan pada meja kecil disamping tempat tidur akseptor
Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan sabun antiseptik kemudian diberi cairan antiseptik
Daerah tempat pemasangan Norplant ditutup dengan kain steril yang berlubang
Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6-10 cm diatas lipatan siku
Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan scalpel yang tajam
Troikar dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit
Kemudian kapsul dimasukan kedalam troikar dan didorong dengan plunger sampai kapsul terletak dibawah kulit
Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedua sampai ke enam, ke enam kapsul dibawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga susunannya seperti kipas
Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, troikar ditarik pelan-pelan keluar
Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak
Jika tidak ada perdarahan, tutuplah luka dengan kasa steril, kemudian diberi plester, umumnya tidak diperlukan jahitan
Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih kurang 3 hari dan datang kembali jika terjadi keluhan-keluhan yang mengganggu.
i. Pengangkatan/ Ekstraksi
Pengangkatan Norplant dilakukan atas indikasi :
1. Atas permintaan akseptor (seperti ingin hamil lagi)
2. Timbulnya efeksamping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa
3. Sudah habis masa pakainya
4. Terjadi kehamilan
j. Prosedur Pengangkatan
1. Alat-alat yang diperlukan: selain dari alat-alat yang diperlukan sewaktu pemasangan kapsul Norplant diperlukan pula satu forceps lurus dan satu furseps bengkok.
2. Tentukan lokasi kapsul Norplant (kapsul 1-6), kalau perlu kapsul di dorong kearah tempat insisi akan dilakukan.
• Daerah insisi di disinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril yang berlubang
• Lakukan anastesi lokal
• Kemudian lakukan insisi selebar 5-7 mm ditempat yang paling dekat dengan kapsul Norplant
• Forceps dimasukan kedalam lubang insisi dan kapsul didorong dengan jari tangan lain kearah ujung forceps, selanjutnya forceps dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung forceps.
• Selanjutnya kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan. Kalo perlu dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain. Adakalanya kapsul sudah terbungkus dengan jaringan sekitarnya dalm hal ini dilakukan insisi pada jaringan yang membungkus kapsul tersebut pelan-pelan sampai kapsul menjadi bebas sehingga mudah menariknya keluar
• Lakukan prosedur ini beturut-turut untuk mengeuarkan kapsul kedua sampai keenam. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul terjadi perdarahan maka hentikan terlebih dahulu perdarahannya
• Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak terjadi perdarahan tutup luka dengan kassa steril kemudian di plester
• Pada umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit
• Informasikan kepada pemakai untuk tidak membasahi luka selama 3 hari.
2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Memasukan benda-benda atau alat-alat kedalam uterus untuk tujuan mencegah terjadinya kehamilan, telah dikenal sejak jaman dahulu kala. Penggembala-penggembala unta Bangsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini dengan memasukan batu kecil yang bulat dan licin ke dalam alat genital unta mereka,dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan jarak jauh.tulisan ilmiah tentang AKDR untuk pertama kali di buat oleh Richter dari Polandia tahun 1909.
Pada waktu ia menggunakan bahan yang di buat dari benang sutra. Gravenberg pada tahun 1928 melaporkan pengalaman nya dengan AKDR yang di buat dengan benang sutra yang di pilin dan di ikat satu sama lain , sehingga berbentuk bintang bersegi enam. Kemudian, bahan pengikat nya ditukar dengan benang perak yang halus agar dapat dengan mudah dikenali dengan sonde uterus atau dengan sinar rongsen. Oleh karena AKDR bentuk segi enam mudah keluar maka kemudian ia membuat nya cincin dari perak. Ia melaporkan angka kehamilan pada AKDR dari cincin perak ini hanya 1,6 % dari 2000 kasus. Usaha-usaha gravenbreg ini banyak sekali mendapat tantangan dari duinia kedokteran pada waktu itu,oleh karena di anggap memasukan benda asing ke daam rongga uterus dapat menimbul kan infeksi berat,seperti salpingitis,endometritis,parametritis dll
Ota dari jepang pada tahun 1934 untuk pertama kali naya membuat AKDR dari plastic yang berbentuk cincin. Mula-mula ia membuat AKDR dari cincin yang di buat dari benang sura yang di pilin,kemudian dari logam yang mudah dibengkok-bengkokan. Olehkarena sukar memasang cincin logam maka ia membuat cincin dari plastic.
Oppenheimer dari Israel dan issyhama pada tahun 1959 menerbitkan tulisan tentang pengalaman mereka dengan AKDR. Sejak tulisa itu dan di temukan nya antibiotiaka yang mengecilkan resiko infeksi,penerimaan AKDR makin meninggkat antara tahun 1955-1964 bermacam-macam bentuk AKDR diciptakan antara lain margullies spiral,zipper,lipesloop,benberg bow,cincin housetoon. Di indinesia AKDR telah dipergunakan secara umum dalam program KB, AKDR yang mula-mulA dipakai ialah llippes loop yang pada waktu itu di sponsori oleh PERKUMPULAN KELUARGA BERENCANA INDONESIA.
Pada tahun 60an mulai diakukan penyelidikan terhadap AKDR yang mengadumg bahan-bahan seperti tembaga, seng, magnesium, timah, progesterone. Maksud penambahan itu ialah untuk mempertinggi efektifitas AKDR. Penyelelidikan AKDR jenis ini, yang di beri nama AKDR bioaktif, sampai sekarang berlangsung terus.
a. MEKANISME KERJA AKDR
Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam cavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat mengahancurkan sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali di jumpai pula sel-sel makrofag ( fagosit) yang mengandung spermatozoa.
Kar dkk, selanjutnya menemukan sifat-sifat dan isi cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada pemakai AKDR, yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita tersebut.
Pada AKDR bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan pada AKDR biasa, juga oleh karna ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion tembaga (Cu), pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logan makin lama makin berkurang
b. Jenis-jenis AKDR
Sampai sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis AKDR, yang paling banyak digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesia ialah AKDR jenis lippes loop. AKDR dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear antara lain adalah lippes loop, saf-T coil, multi load 250, Cu-7,Cu-T, Cu T 380A, spring coil, marguiles spiral, dll. Sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, antigon F, Ragab ring, cincin grafenberg, cincin hall stone, birnberg bow, dll.
c. Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kntrasepsi yang lain karena:
1. Umumnya hanya memerlukan 1 kali pemasangan dan dengan demikian 1 kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara masal
4. Efektivitas cukup tinggi
5. Reversibel
d. Efek samping AKDR
a) Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat berhenti. Kalo pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Keluhan yang sering pada pemakai AKDR ialah menoragia, spooting,metroragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR di keluarkan dan diganti dengan AKDR yang berukuran kecil. Jka perdarahan sedikit-sedikit, dapat diusahakan mengatasinya dengan pengobatan konservatif. Pada perdarahan yang tidak berhenti dengan tindakan-tindakan tersebut diatas, sebaiknya AKDR diangkat, dan digunakan cara kontrasepsi lain.
b) Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri dan kejang diperut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR, biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan member analgetika. Jika keuhan berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran lebih kecil.
c) Gangguan pada suami
Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu coitus. Ini disebabkan oleh benang AKDR yang keluar dari portio uteri yang terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang AKDR yang terlalu panjang dipotong sampai kira-kira 2-3 cm dari portio, sedang jika benang AKDR terlalu pendek, sebaiknya AKDR nya diganti. Biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang.
d) AKDR tertanam dalam endometrium atau miometrium.
e) Benang AKDR hilang,terlalu panjang atau terlalu pendek.
e. Komplikasi AKDR
a) Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yg berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan infeksi jika alat-alat yang digunakan distreilkan, yakni tabung penyalur, pendorong dan AKDR. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan sudah adanya infeksi yang sub akut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.
b) Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, AKDR terdorong ebih dalam menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai kerongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada pemeriksaan speculum benang AKDR tidak kelihatan. Dalam hal ini pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan AKDR dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang terjadi perforasi, sebaiknya dibuat foto Roentgen, dan jika tampak foto AKDR dalam rongga panggul, hendaknya dilakukan histrography untuk menentukan apakah AKDR terletak didalam atau diluar kavum uteri. Dewasa ini dapat dilakukan dengan USG transvaginal dan transabdominal.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, AKDR harus dikeluarkan dengan segera oleh karena dikawatirkan terjadinya ileus, begitu pula dengan AKDR yang mengandung logam.pengeluaran AKDR dapat dilakukan dengan laparoskopi. Laparotomi hanya dilakukan jika laparoskopi tidak berhasil, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
c) Kehamilan
Jika timbul kehamian dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya AKDR dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah AKDR itu dikeluarkan lebih kecil dari pada AKDR dibiarkan terus dalam rongga uterus. Jika benang AKDR tidak kelihatan, sebaiknya AKDR dibiarkan saja dalam uterus.
f. KONTRA INDIKASI PEMASANGAN AKDR
Kontra indikasi pemasangan AKDR dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu kontra indikasi yang relative dan kontra indikasi yang mutlak.
Yang termasuk kedalm kontra indikasi relative ialah:
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi servik uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi mioma, dan sebagainya
4. Kelainan yang jinak serviks uteri, seperti erosion porsiones uteri
Yang termasuk kontra indikasi mutlak ialah:
1. Kehamilan
2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4. Adanya metroragia yang belum disembuhkan
5. Pasangan yang tidak lestari
g. Prosedur Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut:
1. Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini antara lain ialah, pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
2. Sewaktu post partum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit, secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam masa 3 bulan setelah partus atau abortus, secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang sesudah masa 3 bulan setelah partus atau abortus atau pemasangan AKDR pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus. Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 8 minggu post partum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam seteah partus, bahaya perforasi atau expulsi lebih besar.
3. Sewaktu post abortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontra indikasi.
4. Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum pemasangan AKDR dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk AKDR yang dipasang, dan bagaimana AKDR tersebut terletak dalam uterus setelah dipasang. Perlu dijelaskan kemungkinan terjadinya efek samping seperti perdarahan, rasa sakit, AKDR keluar sendiri (ekspulsi).
Untuk memilih AKDR yang akan dipasang, terlebih dahulu ditentukan panjangnya rongga uterus. Selalu diusahakan untuk memasnag AKDR yang mempunyai ukuran sebesar mungkin, oleh karena dengan menggunakan AKDR kegagalan dan kecendrungan ekspulsi akan berkurang. Sebaliknya, ukuran yang lebih kecil sebaiknya dipasang pada akseptor yang banyak mengaami perdarahan dan rasa sakit.
Sebelum pemasangan AKDR, semua alat-alat dan tabung peyalur harus disterilkan terlebih dahulu. Untuk mensterilkan alat-alat dapat digunakan beberapa cara seperti, AKDR beserta tabung direndam terlebih dahulu dalam larutan zephirol (benzelkonim chloride) dalam air dengan perbandingan 1:500 samapai 1:1000, AKDR beserta tabung penyalur direndam dalam larutan detol 5% selama 20 menit.
h. Tekhnik pemasangan AKDR
Karena dalam program Keluarga berencana di Indonesia digunakan AKDR jenis lippes loop, disini diterangkan cara pemakaian AKDR tersebut.
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja ginekologi atau posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk dan besar uterus. Speculum dimasukan kedalam vagina, dan servik uteri debersihkan dengan larutan antiseptic (sol.betadine/tingtura jodii). Sekarang dengan cunam servik dijepit bibir depan portio uteri dan dimasukan sonde kedalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri. AKDR dimasukan kedalam uterus melalui OUE sambil mengadakan tarikan ringan pada cunam servik.
Tabung penyalur digerakan didalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-lahan pendorong (plunger), menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2 ½-3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya speculum diangkat.
i. Pemeriksaan lanjutan (Follow Up)
Pemeriksaan sesudah AKDR dipasang, dilakukan 1 minggu sesudahnya, pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Tidak ada consensus berapa lama AKDR jenis lippes loop boleh ditinggalkan dalam uterus, akan tetapi demi efektifitasnya, AKDR cooper 7 atau cooper T diganti tiap 3 tahun.
j. Cara Mengeluarkan AKDR
Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang keluar dari OUE dengan 2 jari, dengan pinset atau dengan cunam. Kadang-kadang benang AKDR tidak tampak di OUE.
Tidak terlihatnya benang AKDR ini dapat disebabkan oleh akseptor menjadi hamil, perforasi uterus, expulsi yang tidak disadari oleh akseptor, perubahan letak AKDR, sehingga benang AKDR tertarik kedalam rongga uterus seperti ada mioma uterus.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan visi dan misinya program Keluarga Berencana nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya peningkatan kualitas penduduk. Salah satu kunci dalam rencana strategi nasional Indonesia 2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan keluarga berencana bagi kesehatan, pelayanannya harus digabungkan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang telah tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono DSOG. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2007
Everett, Suzanne. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC, 2007
Vaney, Helen, dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC, 2006
Saifudin, Abdul Bar, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2006
Klein, Susan, dkk. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta: Palmall, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar